PENDAHULUAN
Latar
Belakang
Sayuran
merupakan komoditas penting dalam mendukung ketahanan pangan nasional.
Komoditas ini memiliki keragaman yang luas dan berperan sebagai sumber
karbohidrat, protein nabati, vitamin, dan mineral yang bernilai ekonomi tinggi. Produksi sayuran Indonesia meningkat setiap
tahun dan konsumsinya tercatat 44 kg/kapita/tahun. Laju pertumbuhan produksi
sayuran di Indonesia berkisar antara 7,7-24,2%/tahun. Beberapa jenis sayuran,
seperti bawang merah, petsai/sawi, dan mentimun peningkatan produksinya
merupakan dampak dari penerapan teknologi budidaya.
Sawi
merupakan jenis sayur yang digemari oleh masyarakat Indonesia. Konsumennya
mulai dari golongan masyarakat kelas bawah hingga golongan masyarakat kelas
atas. Kelebihan lainnya sawi mampu tumbuh baik di dataran rendah maupun dataran
tinggi. Sawi mempunyai nilai ekonomi tinggi setelah kubis krop, kubis bunga,
dan brokoli. Tanaman sawi diduga berasal dari Tiongkok (Cina), tanaman ini
telah dibudidayakan sejak 2500 tahun lalu, kemudian menyebar luas ke Filipina
dan Taiwan.
Tanaman
sawi bila ditinjau dari aspek ekonomis dan bisnisnya layak untuk dikembangkan
atau diusahakan untuk memenuhi permintaan konsumen serta adanya peluang pasar.
Kelayakan pengembangan budidaya sawi antara lain ditunjukkan oleh adanya
keunggulan komparatif kondisi wilayah tropis Indonesia yang sangat cocok untuk
komoditas tersebut, disamping itu, umur panen sawi Universitas Sumatera Utara
relatif pendek yakni 40-50 hari setelah tanam dan hasilnya memberikan keuntungan
yang memadai.
Ditinjau
dari aspek agroklimatnya, Indonesia sangat potensial untuk pembudidayaan
sayur-sayuran. Selain itu, aspek teknis, ekonomi dan sosial juga sangat
mendukung pengusahaan sayur di negeri kita. Ditinjau aspek teknis, budidaya
sawi tidak terlalu sulit.
Sawi
hijau sebagai bahan makanan sayuran mengandung zat-zat gizi yang cukup lengkap
sehingga apabila dikonsumsi sangat baik untuk mempertahankan kesehatan tubuh.
Kandungan gizi setiap 100 g bahan yang dapat dimakan pada sawi hijau adalah :
Tabel 1.
Kandungan gizi setiap 100 g sawi
KOMPOSIS
|
Kandungan Gizi setiap
100 g
|
Sayuran Sawi
|
|
Kalori
|
22,00 k
|
Protein
|
2,30 g
|
Lemak
|
0,30 g
|
Karbohidrat
|
4,00 g
|
Serat
|
1,20 g
|
Kalsium
|
220,50 mg
|
Fospor
|
38,40 mg
|
Besi
|
2,90 mg
|
Vitamin A
|
969,00 SI
|
Vitamin B1
|
0,09 mg
|
Vitamin B2
|
0,10 mg
|
Vitamin B3
|
0,70 mg
|
Vitamin C
|
102,00 mg
|
Sumber: Direktorat Gizi, Departemen Kesehatan RI, 1979.
Tujuan
Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui:
1.
Mata
Rantai Saluran Distribusi
2.
Marjin
Pemasaran dan Marjin pada tiap-tiap Lembaga
3.
Farmer
Share
4.
Efisiensi
Pemasaran
Manfaat
Penelitian
Manfaat dari penelitian ini adalah:
1.
Mengetahui
gambaran mata rantai saluran distribusi pada tanaman sawi
2.
Menganalisis
Marjin Pemasaran dan Margin pada tiap-tiap lembaga
3.
Mengetahui
dan menganalisis Farmer Share tanaman sawi
4.
Menganalisis
dan mengetahui Efisiensi Pemasaran tanaman sawi
TINJAUAN
PUSTAKA
Aspek
Ekonomi
Ekonomi pertanian adalah bagian ilmu
ekonomi umum yang mempelajari fenomena-fenomena serta persoalan-persoalan yang
berhubungan dengan pertanian baik mikro maupun makro. Sumberdaya ekonomi pertanian meliputi lahan
pertanian, rumah tangga pertanian, dan pendapatan
petani. Ekonomi pertanian merupakan
satu-satunya cabang ilmu ekonomi yang terkait dengan pemanfaatan
lahan.
Hingga abad ke
20, ilmu ekonomi pertanian telah meluas seiring dengan semakin meluasnya
definisi pertanian pada masyarakat dalam aspek ekologi
pertanian. Ekonomi pertanian memiliki variasi bidang terapan yang
dapat tumpang tindih dengan ilmu ekonomi konvensional.
Kegiatan
ekonomi utama masih bersifat ekstraktif yaitu memanfaatkan langsung sumber daya
alam setempat terutama di sektor pertanian. Sebagian
besar mata pencarian penduduk di sektor pertanian sebagai petani tradisional ,
dan masih terdapat juga masyarakat peramu.
A. Pertanian
Ø Komoditi
pertanian ( dalam arti luas ) yang menonjol yaitu kentang, kedelai, kacang
hijau, kacang tanah, kubis, wortel, petsai/sawi dan bawang daun.
Ø Komoditi
tanaman pangan meliputi kentang, jagung, keladi, ubi kayu, ubi jalar dan padi
ladang, dengan luas panen 10.653, 52 Ha, dengan total produksi sebesar
72.655,88 ton/tahun.
Ø Komoditi
tanaman kacang-kacangan meliputi kacang merah, kacang tanah dan kedelai dengan
luas panen 137,17 ha dengan total produksi sebesar 120,46 ton.
Ø Komoditi
sayur-sayuran meliputi bayam,cabe,buncis, wortel , daun bawang, bawang merah,
bawang putih, ketimjun, kubis, terong, sawi, tomat, kacang panjang, kangkung
dan labu siam dengan luas panen 503,78 ha total produksi sebesar 120,46 ton.
Ø Komoditi
buah-buahan meliputi jeruk manis, nenas, pisang, nangka, jambu biji, alpokat
dan pepaya dengan luas panen 54,58 ha, dengan total produksi sebesar 504,85
ton.
Aspek
Pemasaran
1. Saluran
Distribusi
Saluran tataniaga/distribusi adalah serangkaian lembaga yang melakukan semua fungsi yang
digunakan untuk menyalurkan produk
dan status kepemilikannya dari produsen ke
konsumen.
Ada
beberapa faktor yang harus dipertimbangkan dalam memilih saluran tataniaga
(Limbong dan Sitorus, 1987) yaitu :
ü Pertimbangan
pasar yang meliputi konsumen sasaran akhir mencakup pembeli potensial,
kosentrasi pasar secara geografis, volume pesanan dan kebiasaan pembeli.
ü Pertimbangan
barang yang meliputi nilai barang per unit, besar dan berat barang, tingkat
kerusakan, sifat teknis barang, dan apakah barang tersebut untuk memenuhi
pesanan atau pasar.
ü Pertimbangan
internal perusahaan yang meliputi sumber permodalan, kemampuan dan pengalaman
penjualan.
ü Pertimbangan
terhadap lembaga perantara, yang meliputi pelayanan lembaga perantara,
kesesuaian lembaga perantara dengan kebijaksanaan produsen dan pertimbangan
biaya.
Menurut Hanafiah dan Saefudin (1983)
menjelaskan panjang pendeknya saluran pemasaran tergantung pada :
1.
Jarak antara
produsen dan konsumen
Semakin jauh jarak antara produsen dan
konsumen makin panjang saluran pemasaran yang terjadi.
2.
Skala produksi
Semakin kecil skala produksi, saluran
yang terjadi cenderung panjang karena memerlukan pedagang perantara dalam
penyalurannya.
3.
Cepat tidaknya
produk rusak
Produk yang mudah rusak menghendaki
saluran pemasaran yang pendek, karena harus segera diterima konsumen.
4.
Posisi
keuangan pengusaha
Pedagang yang posisi keuangannya kuat
cenderung dapat melakukan lebih banyak fungsi pemasaran dan memperpendek
saluran pemasaran.
Proses
pemasaran tanaman sawi mulai dari petani hingga konsumen akhir melibatkan
beberapa lembaga pemasaran yaitu pedagang pengumpul dan pedagang besar.
Terdapat dua saluran pemasaran yang terjadi pada pemasaran tanaman sawi yang
dilakukan di Desa Suka Ramai, mulai dari petani hingga konsumen akhir.
1.
Saluran Distribisi 1
Gambar 1: lembaga yang berperan adalah Pedagang
Pengumpul dan Pedagang Pengecer
Saluran satu
terdiri dari petani ke pedagang pengumpul dan pedagang pengecer langsung ke
konsumen. Pada saluran pemasaran ini terdapat dua lembaga pemasaran yang
terlibat. Pasar Perbaungan melakukan proses pemasaran tanaman sawi melalui
pedagang pengecer dengan penentuan harga ditentukan oleh pasar itu sendiri
berdasarkan harga yang berlaku.
2.
Saluran
Distribusi 2
Gambar 2: lembaga yang berperan adalah Pedagang
Pengumpul
Saluran dua
terdiri dari petani ke pedagang pengecer langsung ke konsumen. Pada saluran
pemasaran ini terdapat satu lembaga pemasaran yang terlibat. Pasar Perbaungan
melakukan proses pemasaran tanaman sawi melalui pedagang pengecer dengan
penentuan harga ditentukan oleh pasar itu sendiri berdasarkan harga yang
berlaku.
2. Margin
Pemasaran
Margin dapat didefinisikan dengan 2 (dua) cara,
yaitu :
- Marjin pemasaran merupakan perbedaan antara harga yang dibayarkan dengan harga yang diterima petani.
- Marjin pemasaran merupakan biaya dari jasa – jasa pemasaran yang dibutuhkan sebagai akibat permintaan dan penawaran dari jasa – jasa pemasaran
Komponen marjin pemasaran ini terdiri dari :
ü
Biaya
– biaya yang diperlukan lembaga -
lembaga pemasaran untuk melakukan fungsi – fungsi pemasaran yang disebut
biaya pemasaran atau biaya fungsional (functional cost)
ü
Keuntungan
(profit) lembaga pemasaran
Marjin
pemasaran secara matematis dapat ditulis sebagai
Dimana:
M = Marjin Pemasaran
Cij = Biaya pemasaran
untuk melaksanakan fungsi pemasaran ke-i oleh lembaga pemasaran ke-j
Лj = Keuntungan yang diperoleh lembaga
pemasaran ke-j
m = Jumlah jenis biaya
pemasaran
n = Jumlah lembaga pemasaran
Distribusi
margin = biaya yang
dikeluarkan x 100%
margin pemasaran
Marjin
pemasaran sama dengan selisih harga di tingkat pengecer dengan harga di tingkat
petani (M=Pr–Pf). Marjin
pemasaran pada suatu saluran pemasaran tertentu dapat dinyatakan sebagai jumlah
dari marjin pada masing-masing
lembaga tataniaga yang terlibat
Secara grafis marjin tataniaga dapat dilihat pada gambar berikut ini :
3.
Efisiensi
Pemasaran
Tujuan
dari analisis pemasaran adalah untuk mengetahui apakah sistem pemasaran berlangsung
dengan efisien atau tidak. Suatu pemasaran dikatakan efisien jika fungsi-fungsi
yang dilakukan oleh lembaga pemasaran dihilangkan maka tidak akan mempengaruhi
aktivitas lembaga pemasaran dan tidak mempengaruhi besarnya biaya dan
keuntungan yang diperoleh.
Sistem
pemasaran dianggap efisien apabila memenuhi dua syarat :
(1) mampu
menyampaikan hasil-hasil dari petani produsen kepada konsumen dengan biaya
semurah-murahnya, dan
(2)
mampu mengadakan pembagian yang adil dari keseluruhan harga yang dibayar
konsumen terakhir kepada semua pihak yang ikut terlibat dalam kegiatan produksi
dan pemasaran barang tersebut (Mubyarto, 1986).
Menurut
Saefuddin (1983) terdapat dua konsep efisiensi pemasaran, yaitu
(1) konsep input-output rasio, dan
(2) konsep analisis struktur, perilaku dan
pelaksanaan pasar.
Konsep
input-output rasio menggambarkan efisiensi pemasaran sebagai maksimalisasi
input-output rasio. Input adalah berbagai sumber daya dari tenaga kerja, modal
dan manajemen yang digunakan oleh lembaga-lembaga pemasaran dalam proses
pemasaran. Sedangkan output adalah kepuasan konsumen terhadap barang dan jasa
yang dihasilkan oleh lembaga pemasaran.
Penggunaan
konsep input-input rasio menghadapi kesukaran dalam pengukuran kepuasan
konsumen. Untuk mengatasi hal tersebut maka efisien pemasaran dibedakan atas : efisien
operasional (teknologi) dan efisien harga (ekonomi).
Efisien
operasional menekankan kemampuan meminimumkan biaya yang digunakan untuk
menggerakkan/memindahkan barang dari produsen
ke konsumen atau meminimumkan biaya untuk melakukan fungsi-fungsi
pemasaran.
Efisiensi
biaya menekankan kemampuan keterkaitan harga dalam mengalokasikan barang dari
produsen ke konsumen, yang disebabkan perubahan tempat, bentuk dan waktu.
Efisiensi
operasional dapat didekati dengan biaya pemasaran dan marjin pemasaran,
sedangkan efisiensi harga diukur melalui keterpaduan pasar yang terjadi akibat
pergerakan komoditas dari satu pasar ke pasar lainnya.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil Pengamatan
1. Saluran-saluran/Lembaga
Tataniaga Komoditi
Lembaga
tataniaga sayuran sawi di Desa Suka Ramai, Kec Pantai Cermin, Sumatera Utara
dari petani hingga konsumen akhir melibatkan beberapa lembaga tataniaga yaitu
pedagang pengumpul dan pedagang pengecer. Sistem tataniaga sayuran sawi di Desa
Suka Ramai dari produsen hingga ke tingkat konsumen, secara umum memiliki
beberapa saluran tataniaga yang berbeda.
Saluran
tataniaga sayuran sawi di Desa Suka Ramai terdapat 2 saluran tataniaga yaitu ;
1. Saluran
tataniaga 1 : petani – pedagang pengumpul – pedagang pengecer – konsumen.
2. Saluran
tataniaga 2 : petani – pedagang pengecer – konsumen.
Saluran
tataniaga satu merupakan saluran tataniaga terdiri dari petani -pedagang
pengumpul - pedagang pengecer - konsumen. Dari penelitian yang dilakukan
diketahui bahwa petani yang menjual sayuran sawi di Desa Suka Ramai.
Alasan
petani menggunakan saluran tataniaga ini adalah karena petani tidak perlu
memasarkan sendiri produk yang dihasilkannya. Produk petani yang dijual ke pedagang pengumpul sudah
pasti terjual habis, karena sudah menjadi resiko pedagang pengumpul jika
produknya tidak terjual habis.
Harga
yang berlaku pada saluran tataniaga ini adalah harga yang terjadi di pasar.
Penentuan harga pasar berdasarkan informasi yang berasal dari pedagang lainnya.
Sistem pembelian umumnya secara tunai namun ada juga pedagang pengumpul yang
baru membayar produk petani ketika barang sudah habis terjual. Hal ini
disebabkan adanya kepercayaan diantara petani dan pedagang pengumpul.
Pedagang
pengumpul umumnya tidak hanya menjual sayuran sawi tetapi juga menjual
komoditas sayuran lainnya seperti selada, bayam dan sayuran lain-lain. Produk
sayuran sawi diangkut dengan menggunakan
becak. Biaya transportasi yang dikenakan antara Rp 400. Biaya transportasi setiap
pedagang pengumpul berbeda – beda, hal ini disebabkan karena tujuan pasar yang
berbeda.
Pedagang
pengumpul datang ke petani pada pukul 18.30 WIB, dengan mengambil banyak jenis
sayuran dari beberapa petani, termasuk petani sawi, untuk mengambil komoditi sawi
yang akan dijual ke Pusat Pasar. Pedagang pengumpul menjual komoditi sawi
dengan harga Rp 6500/kg ke pedagang pengecer dengan pertimbangan biaya-biaya
tertentu.
Saluran
tataniaga dua merupakan saluran tataniaga yang terdiri dari petani- pedagang
pengecer – konsumen. Pedagang Pengecer langsung jual ke Konsumen dengan harga
Rp. 8500/kg. Petani mengurangi marketing marginnya dengan menyederhanakan
saluran distribusinya, agar petani mendapatkan harga yang tinggi.
Pedagang
Pengecer datang kepetani pada pukul 17.30 WIB dengan mengendarai becak. Dan
mengambil beberapa jenis sayuran untuk dijualnya langsung ke konsumen, dengan
biaya transportasinya Rp. 500/setiap satu pengambilannya dipetani dengan
beberapa jenis komoditi.
2.
Fungsi-fungsi
Tataniaga Komoditi
Fungsi-fungsi
dalam pemasaran tanaman sawi yang terjadi di Desa Suka Ramai melakukan dua
jenis saluran distribusi.
1. Petani
– Pedagang Pengumpul – Pedagang Pengecer – Konsumen
2. Petani
– Pedagang Pengecer - Konsumen
Melibatkan fungsi-
fungsi komodit seperti:
a.
Fungsi Pertukaran (Exchange Function) adalah
kegiatan yang berhubungan dengan perpindahan hak milik dari barang dan jasa
yang dipasarkan. Fungsi ini terdiri dari fungsi pembelian dan fungsi penjualan.
b. Fungsi Fisik (Physical Function) adalah
tindakan yang berhubungan langsung dengan barang dan jasa sehingga proses
tersebut menimbulkan kegunaan tempat, bentuk, dan waktu. Fungsi ini meliputi
fungsi penyimpanan, fungsi pengolahan, dan fungsi pengangkutan.
c. Fungsi Fasilitas (Fasilitation Function) adalah
tindakan-tindakan untuk memperlancar proses terjadinya pertukaran yang terjadi
antara produsen dan konsumen. Fungsi ini meliputi fungsi standardisasi dan
grading, fungsi penanggungan risiko, dan fungsi informasi pasar.
3.
Margin
Pemasaran Komoditi
Analisis marjin Pemasaran dilakukan
untuk mengetahui efisiensi tataniaga suatu produk dari tingkat produsen sampai
ke tingkat konsumen. Marjin pemasaran adalah perbedaan harga ditingkat pengecer
dengan harga ditingkat petani dengan jumlah yang ditransaksikan. Biaya tataniaga
terdiri dari komponen biaya panen, biaya pengemasan, biaya pengangkutan, dan
biaya retribusi. Sedangkan keuntungan tataniaga diukur dari besarnya imbalan
jasa yang diperoleh atas biaya yang dikeluarkan dalam penyaluran suatu produk
sayuran sawi.
Pada saluran tataniaga satu biaya
tataniaga yang dikeluarkan pedagang pengumpul terdiri dari biaya sortasi Rp.100/kg,
biaya transportasi Rp.400/kg dengan biaya penyusutannya Rp.120/kg. Sedangkan
biaya tataniaga yang dikeluarkan pedagang pengecer biaya sortasi Rp.160/kg, biaya
timbang Rp.140/kg, biaya transportasinya Rp.320/kg dengan biaya penyusutannya
Rp.180/kg, Total
biaya tataniaga yang dikeluarkan sebesar Rp.1420/kg .
Tataniaga tersebut terdiri dari biaya
tataniaga tiap- tiap lembaga tataniaga seperti pedagang pengumpul dan pedagang
pengecer. Rata-rata biaya tataniaga pada tingkat lembaga tataniaga pedagang pengumpul
sebesar Rp.620/kg, pedagang pengecer sebesar Rp.800/kg. Keuntungan terbesar
diperoleh pedagang pengecer sebesar Rp.1200/kg, sedangkan pedagang pengumpul
memperoleh keuntungan terkecil yaitu sebesar Rp.880/kg.
Saluran tataniaga dua merupakan saluran
tataniaga yang tidak melibatkan lembaga tataniaga pedagang pengumpul. Pada
saluran tataniaga dua biaya tataniaga yang dikeluarkan pedagang pengecer biaya
sortasi Rp.150/kg, biaya timbang Rp.125/kg, dengan biaya penyusutannya Rp.175/kg,
Biaya transportasi Rp.500/kg. Total rata – rata biaya tataniaga tersebut
terdiri dari biaya tataniaga tiap- tiap lembaga tataniaga seperti pedagang pengecer
sebesar Rp.950/kg. Keuntungan terbesar diperoleh pedagang pengecer Rp.1500/kg,
sedangkan petani memperoleh keuntungan yaitu sebesar Rp.6000/kg sayuran sawi.
4.
Analisis
Farmer Share
Farmer’s
Share merupakan
perbandingan harga yang diterima petani dengan harga yang dibayar konsumen
akhir dan dinyatakan dalam persentase. Farmer’s
Share memiliki hubungan
negatif dengan marjin tataniaga yang mana semakin tinggi marjin tataniaga, maka
bagian yang akan diperoleh petani semakin rendah.
Bagian
harga yang terbesar diterima oleh petani terdapat pada saluran tataniaga dua
sebesar 70,59 persen, karena dalam saluran ini hanya ada satu saluran
distribusi yaitu pedagang pengecer. Pada saluran tataniaga satu hanya
menghasilkan Farmer’s Share sebesar 58,82 persen. Hal ini
menunjukkan bahwa pada saluran tataniaga satu merupakan saluran yang tidak
menguntungkan petani. Farmer’s
Share yang tinggi dapat
dicapai jika petani mampu meningkatkan kualitas produknya dan mengefisienkan
saluran tataniaga komoditas nya usahataninya.
- Efisiensi Pemasaran
Efisiensi
tataniaga juga didefinisikan sebagai suatu kegiatan perubahan yang dapat
meminimalkan biaya input tanpa harus mengurangi kepuasaan konsumen dengan output
barang dan jasa. Biaya tataniaga merupakan tingkat efisiensi tataniaga yang
terjadi. Analisis efisiensi tataniaga mencakup analisis marjin tataniaga, farmer’s share serta analisis rasio keuntungan
dan biaya.
Efisiensi tataniaga dapat juga diketahui melalui
penyebaran marjin pada tiap saluran tataniaga. Berdasarkan identifikasi saluran
tataniaga yang terdapat di Desa Suka Ramai Perbaungan, bahwa saluran tataniaga
yang ada sebanyak dua saluran tataniaga. Analisis marjin menunjukkan bahwa
saluran yang memiliki nilai marjin terkecil adalah saluran tataniaga dua yaitu
sebesar Rp 2500 dan dianggap saluran
tataniaga yang paling efisien.
Farmer’s
share dapat
dijadikan indikator efiseinsi tataniaga. Berdasarkan perhitungan Farmer’s share yang diterima petani berkisar
58,82 – 70.59 persen. Farmer’s share yang tertinggi yang diperoleh petani terdapat
pada saluran tataniaga dua yaitu sebesar 70,59 persen.
Berdasarkan
perhitungan efisiensi tataniaga untuk komoditas sayuran sawi, saluran tataniaga
sayuran sawi yang paling efisien adalah saluran tataniaga dua karena memiliki
marjin pemasaran yang paling kecil, rasio keuntungan dan biaya tertinggi, dan farmer’s
share yang tertinggi
dibandingkan pada saluran tataniaga yang lainnya. Namun pada saluran tataniaga
dua pedagang pengecer mengambil keuntungan yang tinggi dan produk yang dijual
sedikit sehingga keuntungan secara total yang diperoleh tidak begitu besar dan
hanya sebagian kecil dari petani yang di wawancarai yang melakukan kegiatan
tataniaga ini. Apabila petani memilih saluran tataniaga satu petani dapat
menjual produk sayuran sawi dalam jumlah besar kepada pedagang pengumpul dan
memperoleh keuntungan yang besar, meskipun marjin tataniaga yang paling kecil,
biaya terbesar dan farmer’s share yang
terkecil.
Pembahasan
Pada saluran tataniaga satu biaya
tataniaga yang dikeluarkan pedagang pengumpul terdiri dari biaya sortasi
Rp.100/kg, biaya transportasi Rp.400/kg dengan biaya penyusutannya Rp.120/kg.
Sedangkan biaya tataniaga yang dikeluarkan pedagang pengecer biaya sortasi
Rp.160/kg, biaya timbang Rp.140/kg, biaya transportasinya Rp.320/kg dengan biaya
penyusutannya Rp.180/kg, Total
biaya tataniaga yang dikeluarkan sebesar Rp.1420/kg .
Tataniaga tersebut terdiri dari biaya
tataniaga tiap- tiap lembaga tataniaga seperti pedagang pengumpul dan pedagang
pengecer. Rata-rata biaya tataniaga pada tingkat lembaga tataniaga pedagang pengumpul
sebesar Rp.620/kg, pedagang pengecer sebesar Rp.800/kg. Keuntungan terbesar
diperoleh pedagang pengecer sebesar Rp.1200/kg, sedangkan pedagang pengumpul
memperoleh keuntungan terkecil yaitu sebesar Rp.880/kg.
Saluran tataniaga dua merupakan saluran
tataniaga yang tidak melibatkan lembaga tataniaga pedagang pengumpul. Pada
saluran tataniaga dua biaya tataniaga yang dikeluarkan pedagang pengecer biaya
sortasi Rp.150/kg, biaya timbang Rp.125/kg, dengan biaya penyusutannya
Rp.175/kg, Biaya transportasi Rp.500/kg. Total rata – rata biaya tataniaga
tersebut terdiri dari biaya tataniaga tiap- tiap lembaga tataniaga seperti
pedagang pengecer sebesar Rp.950/kg. Keuntungan terbesar diperoleh pedagang
pengecer Rp.1500/kg, sedangkan petani memperoleh keuntungan yaitu sebesar Rp.6000/kg
sayuran sawi.
Bagian
harga yang terbesar diterima oleh petani terdapat pada saluran tataniaga dua
sebesar 70,59 persen, karena dalam saluran ini hanya ada satu saluran
distribusi yaitu pedagang pengecer. Pada saluran tataniaga satu hanya
menghasilkan Farmer’s Share sebesar 58,82 persen. Hal ini
menunjukkan bahwa pada saluran tataniaga satu merupakan saluran yang tidak
menguntungkan petani. Farmer’s
Share yang tinggi dapat
dicapai jika petani mampu meningkatkan kualitas produknya dan mengefisienkan
saluran tataniaga komoditas nya usahataninya.
Farmer’s
share dapat
dijadikan indikator efiseinsi tataniaga. Berdasarkan perhitungan Farmer’s share yang diterima petani berkisar
58,82 – 70.59 persen. Farmer’s share yang tertinggi yang diperoleh petani terdapat
pada saluran tataniaga dua yaitu sebesar 70,59 persen.
KESIMPULAN DAN SARAN
1.
Kesimpulan
Adapun
kesimpulan yang dari pembahasan diatas:
Ø Sistem
tataniaga sayuran bayam di Desa Suka Ramai terdiri dari dua buah saluran tataniaga
yaitu saluran tataniaga satu : petani → pedagang pengumpul → pedagang pengecer
→ konsumen ; saluran tataniaga dua : petani → pedagang pengecer → konsumen.
Ø Secara
umum sistem pembayaran antar lembaga tataniaga dan petani dilakukan secara
tunai dan harga produk berdasarkan mekanisme pasar.
Ø Berdasarkan
perhitungan efisiensi tataniaga untuk komoditas sayuran sawi, saluran tataniaga
sayuran sawi yang efisien adalah saluran tataniaga dua karena meskipun memiliki
marjin tataniaga yang paling besar, dengan biaya terkecil, dan farmer’s share yang tertinggi
dibandingkan pada saluran tataniaga yang pertama.
2.
Saran
Adapun saran untuk ini adalah
Ø Penguatan lembaga perlu dilakukan dalam agribisnis
sawi, terutama pada tingkat petani produsen, seperti fungsionalisasi kelompok
tani dan koperasi agar dapat membantu petani dalam upaya memperkuat posisi
tawar-menawarnya.
DAFTAR
PUSTAKA
Anonim,2012.http://www.smakristencilacap.com/arti-pemasaran-dan-manajemen-pemasaran/pengertian-distribusi/
Anonim, 2012. http://mahasiswaabadi90.blogspot.com/2012/01/laporan-penelitian-sayur-sawi-jalan.html
Diakses pada tanggal 25 April 2014
Faizal Andi, 2012. http://faizalandi.blogspot.com/2012/02/budidaya-tanaman-sawi.html
Diakses pada tanggal 26 April 2014
Hanafiah
dan Soefuddin. 1983. Tataniaga Hasil Perikanan. Universitas Indonesia. Jakarta
Haryanto E. Suhartini T. dan
Rahayu, E. 2002. Sawi dan Selada. Jakarta : PT Penebar Swadaya.
Limbong, W.M dan P. Sitorus. 1987.
Pengantar Tataniaga Pertanian. Bahan Kuliah. Jurusan Ilmu-ilmu Sosial Ekonomi
Pertanian. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor
Mubyarto. 1994. Pengantar Ekonomi Pertanian.
Jakarta : LP3ES.
Nurafni,2012. http://nurafni.com/2012/10/09/pemasaran-sawi/
Diakses pada tanggal 25 April 2014
Soekartawi.
2002. Manajemen Pemasaran Hasil-Hasil Pertanian. Jakarta : PT Raja
Grafindo Persada.
Zulde, 2008. http://zuldesains.wordpress.com/2008/01/11/budidaya-tanaman-sawi/
Diakses pada tanggal 25 April 2014
LAMPIRAN
Tabel
2. Saluran 1 untuk Pemasaran Sawi
Lembaga
Pemasaran dan Komponen Margin
|
Rp/kg
|
Distribusi
Margin/ %
|
Farmer
Share/ % |
PETANI
Harga
Jual
|
5000
|
58,82
%
|
|
PEDAGANG
PENGUMPUL
Harga
Beli
Biaya
Sortasi
Biaya
Transportasi
Biaya
Penyusutan
Keuntungan
Harga
Jual
|
5000
100
400
120
880
6500
|
2,86 %
11,43
%
3,43 %
25,14
%
|
58,82
%
1,18 %
4,71 %
1,41 %
10,35
%
76,47
%
|
PEDAGANG
PENGECER
Harga
Beli
Biaya
Sortasi
Biaya
Timbang
Biaya
Transportasi
Biaya
Penyusutan
Keuntungan
Harga
Jual
|
6500
160
140
320
180
1200
8500
|
4,57 %
4,0 %
9,14 %
5,14 %
34,29
%
|
76,47
%
1,88 %
1,65 %
3,76 %
2,12 %
14,12
%
100 %
|
MARGIN
PEMASARAN
|
3500
|
100 %
|
Tabel
3. Saluran 2 untuk Pemasaran Sawi
Lembaga Pemasaran dan Komponen Margin
|
Rp/Kg
|
Distribusi Margin (%)
|
Share (%)
|
PETANI
a. Harga Jual
|
Rp.
6000
|
70,59 %
|
|
PEDAGANG
PENGECER
a. Harga Beli
B Biaya sortasi
B Biaya Timbang
b. Biaya Transportasi
c. Biaya Penyusutan
de. Keuntungan
f. Harga Jual
|
Rp
.6000
Rp.
150
Rp.
125
Rp.
500
Rp.
175
Rp.
1500
Rp.
8500
|
6,0
%
5,0
%
20
%
7,0
%
60
%
|
70,59 %
1,76%
1,47 %
5,88 %
2,06 %
100%
|
MARGIN
PEMASARAN
|
Rp.
2500
|
100
%
|
Tabel 4. Data Responden
Nama
|
Umur
|
Pendidikan
|
Jumlah Tanggungan
|
Pendapatan
|
Penggalaman Mengusahakan
|
|
Petani
|
Saifuddin
|
43
tahun |
SMA
|
3 orang
|
Rp.
8.400.000,-
|
2 tahun
|
Pedagang
Pengumpul
|
Jali
|
41
tahun |
SMA
|
2 orang
|
Rp.
16.800.000,-
|
1tahun
|
Pedagang
Pengecer Saluran 1
|
Agustin
|
48
tahun |
SMA
|
3 orang
|
Rp.
9.240.000,-
|
5 tahun
|
Pedagang
Pengecer Saluran 2
|
Gunarto
|
58
tahun |
SMA
|
Tidak ada
|
Rp. 3.146.000,-
|
9 tahun
|
Tabel 5. Data
analisis Margin Pemasaran, Farmer Share, Distribusi Margin dan Efisiensi
Pemasaran
Analisis Margin Pemasaran
Secara
matematis nilai marjin pemasaran dapat ditulis :
VM=(Pr – Pf). Q*
Dimana:
VM= Nilai Marjin
Pemasaran
Pr = Harga di Tingkat Pengecer
Pf = Harga di Tingkat Petani
Q* = Jumlah yg
ditransaksikan
Maka:
|
||
Analisis Farmer Share
Farmer share =
harga diterima petani x 100%.
harga konsumen akhir/pengecer
Dengan kriteria:
SF ≥ 50% → Efisiensi
SF < 50% → tifak Efisiensi
Maka:
|
||
Analisis Distribusi Margin
Distribusi Margin =
biaya yang
dikeluarkan x 100%
margin pemasaran
Maka:
|
||
Analisis Efisiensi Pemasaran
Efisiensi Pemasaran = biaya pemasaran x 100%.
nilai produk yang
dijual
Dengan kriteria:
Efisiensi < 50%
tidak Efisiensi ≥ 50%
Maka:
|
KUISIONER
PRAKTIKUM TATANIAGA PERTANIAN
1.
Identitas
umum pedagang
2.
Sudah
berapa lama bapak/Ibu jualan di sini.?
3.
Kenapa
bapak / Ibu lebih memilih berjualan di pasar tradisional ?
4.
Dari
mana produk ini bapak / ibu proleh.?
5.
Berapa
harga yang yang bapak / ibu proleh dari pedagang pengumpul.?
6.
Berapa
harga prodak yang bapak / ibu jual / Kg nya.?
7.
Dalam
sehari berapa Kg produk yang dapat bapak/ibu jual.?
8.
Untuk
mendapatkan prodak yang bapak/ibu jual, apakah bapak/ibu mengeluarkan biaya
transportasi.?
9.
Biaya-biaya
apa yang bapak/ibu keluarkan sebelum produk-produk ini di pasarkan ( dijual ).?
10. Apakah bapak /ibu memiliki tenaga kerja?
Berapa upah yang di berikan.?
11. Apakah bapak/ibu pernah mengalami kelangkaan
terhadap barang yang bapak/ibu
perjualkan .?
12. Saat hari besar apakah harga barang yang
bapak/ibu jual akan mengalami kenaikan harga ? Kenapa.?
13. Saat barang langka apakah bapak/ibu
mengeluarkan biaya yang lebih besar.?
14. Biaya-biaya saja apa yang bapak/ibu keluarkan
saat barang sedang langkah.?
15. Jika barang dagang yang bapak/ibu jual hari
ini tidak habis, apakah akan dijual kembali atau di olah menjadi produk lain.?
16. Selain menjual produk lokal apakah bapak/ibu
menjual produk import.?
17. Mana yang lebih mahal produk lokal atau produk
import.?
18. Biasanya konsumen lebih memilih produk lokal
atau import.?
19. Apakah ada pungutan kebersihan.?
20. Berapakah harga untuk sewa tempat,biasanya
perbulan apa / tahun.?
Saya akan merekomendasikan siapa pun yang mencari pinjaman Bisnis ke Le_Meridian, mereka membantu saya dengan pinjaman Empat Juta USD untuk memulai bisnis Quilting saya dan itu cepat. Ketika mendapatkan pinjaman dari mereka, mengejutkan betapa mudahnya mereka bekerja. Mereka dapat membiayai hingga jumlah $ 500,000,000.00 (Lima Ratus Juta Dolar) di wilayah mana pun di dunia selama ada 1,9% ROI yang dapat dijamin pada proyek tersebut. Prosesnya cepat dan aman. Itu benar-benar pengalaman positif. Hindari penipu di sini dan hubungi Layanan Pendanaan Le_Meridian Di. lfdsloans@lemeridianfds.com / lfdsloans@outlook.com. WhatsApp ... + 19893943740. jika Anda mencari pinjaman bisnis.
BalasHapus