Kamis, 05 Juni 2014

ANALISIS TATA NIAGA KOMODITI SAWI DI DESA SUKA RAMAI, KECAMATAN PANTAI CERMIN, KABUPATEN SERDANG BEDAGAI, SUMATERA UTARA



PENDAHULUAN
Latar Belakang
Sayuran merupakan komoditas penting dalam mendukung ketahanan pangan nasional. Komoditas ini memiliki keragaman yang luas dan berperan sebagai sumber karbohidrat, protein nabati, vitamin, dan mineral yang bernilai ekonomi tinggi.  Produksi sayuran Indonesia meningkat setiap tahun dan konsumsinya tercatat 44 kg/kapita/tahun. Laju pertumbuhan produksi sayuran di Indonesia berkisar antara 7,7-24,2%/tahun. Beberapa jenis sayuran, seperti bawang merah, petsai/sawi, dan mentimun peningkatan produksinya merupakan dampak dari penerapan teknologi budidaya.
Sawi merupakan jenis sayur yang digemari oleh masyarakat Indonesia. Konsumennya mulai dari golongan masyarakat kelas bawah hingga golongan masyarakat kelas atas. Kelebihan lainnya sawi mampu tumbuh baik di dataran rendah maupun dataran tinggi. Sawi mempunyai nilai ekonomi tinggi setelah kubis krop, kubis bunga, dan brokoli. Tanaman sawi diduga berasal dari Tiongkok (Cina), tanaman ini telah dibudidayakan sejak 2500 tahun lalu, kemudian menyebar luas ke Filipina dan Taiwan.
Tanaman sawi bila ditinjau dari aspek ekonomis dan bisnisnya layak untuk dikembangkan atau diusahakan untuk memenuhi permintaan konsumen serta adanya peluang pasar. Kelayakan pengembangan budidaya sawi antara lain ditunjukkan oleh adanya keunggulan komparatif kondisi wilayah tropis Indonesia yang sangat cocok untuk komoditas tersebut, disamping itu, umur panen sawi Universitas Sumatera Utara relatif pendek yakni 40-50 hari setelah tanam dan hasilnya memberikan keuntungan yang memadai.
Ditinjau dari aspek agroklimatnya, Indonesia sangat potensial untuk pembudidayaan sayur-sayuran. Selain itu, aspek teknis, ekonomi dan sosial juga sangat mendukung pengusahaan sayur di negeri kita. Ditinjau aspek teknis, budidaya sawi tidak terlalu sulit.
Sawi hijau sebagai bahan makanan sayuran mengandung zat-zat gizi yang cukup lengkap sehingga apabila dikonsumsi sangat baik untuk mempertahankan kesehatan tubuh. Kandungan gizi setiap 100 g bahan yang dapat dimakan pada sawi hijau adalah :


Tabel 1. Kandungan gizi setiap 100 g sawi
KOMPOSIS
Kandungan Gizi setiap 100 g
Sayuran Sawi
Kalori
22,00 k
Protein
2,30 g
Lemak
0,30 g
Karbohidrat
4,00 g
Serat
1,20 g
Kalsium
220,50 mg
Fospor
38,40 mg
Besi
2,90 mg
Vitamin A
969,00 SI
Vitamin B1
0,09 mg
Vitamin B2
0,10 mg
Vitamin B3
0,70 mg
Vitamin C
102,00 mg

Sumber: Direktorat Gizi, Departemen Kesehatan RI, 1979.

Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui:
1.         Mata Rantai Saluran Distribusi
2.         Marjin Pemasaran dan Marjin pada tiap-tiap Lembaga
3.         Farmer Share
4.         Efisiensi Pemasaran
Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini adalah:
1.      Mengetahui gambaran mata rantai saluran distribusi pada tanaman sawi
2.      Menganalisis Marjin Pemasaran dan Margin pada tiap-tiap lembaga
3.      Mengetahui dan menganalisis Farmer Share tanaman sawi
4.      Menganalisis dan mengetahui Efisiensi Pemasaran tanaman sawi


TINJAUAN PUSTAKA
Aspek Ekonomi
Ekonomi pertanian adalah bagian ilmu ekonomi umum yang mempelajari fenomena-fenomena serta persoalan-persoalan yang berhubungan dengan pertanian baik mikro maupun makro. Sumberdaya ekonomi pertanian meliputi lahan pertanian, rumah tangga pertanian, dan pendapatan petani. Ekonomi pertanian merupakan satu-satunya cabang ilmu ekonomi yang terkait dengan pemanfaatan lahan.
Hingga abad ke 20, ilmu ekonomi pertanian telah meluas seiring dengan semakin meluasnya definisi pertanian pada masyarakat dalam aspek ekologi pertanian. Ekonomi pertanian memiliki variasi bidang terapan yang dapat tumpang tindih dengan ilmu ekonomi konvensional.
Kegiatan ekonomi utama masih bersifat ekstraktif yaitu memanfaatkan langsung sumber daya alam setempat terutama di sektor pertanian. Sebagian besar mata pencarian penduduk di sektor pertanian sebagai petani tradisional , dan masih terdapat juga masyarakat peramu.
A.      Pertanian
Ø  Komoditi pertanian ( dalam arti luas ) yang menonjol yaitu kentang, kedelai, kacang hijau, kacang tanah, kubis, wortel, petsai/sawi dan bawang daun.
Ø  Komoditi tanaman pangan meliputi kentang, jagung, keladi, ubi kayu, ubi jalar dan padi ladang, dengan luas panen 10.653, 52 Ha, dengan total produksi sebesar 72.655,88 ton/tahun.
Ø  Komoditi tanaman kacang-kacangan meliputi kacang merah, kacang tanah dan kedelai dengan luas panen 137,17 ha dengan total produksi sebesar 120,46 ton.
Ø  Komoditi sayur-sayuran meliputi bayam,cabe,buncis, wortel , daun bawang, bawang merah, bawang putih, ketimjun, kubis, terong, sawi, tomat, kacang panjang, kangkung dan labu siam dengan luas panen 503,78 ha total produksi sebesar 120,46 ton.
Ø  Komoditi buah-buahan meliputi jeruk manis, nenas, pisang, nangka, jambu biji, alpokat dan pepaya dengan luas panen 54,58 ha, dengan total produksi sebesar 504,85 ton.

Aspek Pemasaran
1.      Saluran Distribusi
Saluran  tataniaga/distribusi  adalah  serangkaian  lembaga yang melakukan  semua fungsi  yang  digunakan  untuk menyalurkan  produk  dan status  kepemilikannya  dari produsen  ke  konsumen.
Ada beberapa faktor yang harus dipertimbangkan dalam memilih saluran tataniaga (Limbong dan Sitorus, 1987) yaitu :
ü  Pertimbangan pasar yang meliputi konsumen sasaran akhir mencakup pembeli potensial, kosentrasi pasar secara geografis, volume pesanan dan kebiasaan pembeli.
ü  Pertimbangan barang yang meliputi nilai barang per unit, besar dan berat barang, tingkat kerusakan, sifat teknis barang, dan apakah barang tersebut untuk memenuhi pesanan atau pasar.
ü  Pertimbangan internal perusahaan yang meliputi sumber permodalan, kemampuan dan pengalaman penjualan.
ü  Pertimbangan terhadap lembaga perantara, yang meliputi pelayanan lembaga perantara, kesesuaian lembaga perantara dengan kebijaksanaan produsen dan pertimbangan biaya.
Menurut Hanafiah dan Saefudin (1983) menjelaskan panjang pendeknya saluran pemasaran tergantung pada :
1.        Jarak antara produsen dan konsumen
Semakin jauh jarak antara produsen dan konsumen makin panjang saluran pemasaran yang terjadi.
2.        Skala produksi
Semakin kecil skala produksi, saluran yang terjadi cenderung panjang karena memerlukan pedagang perantara dalam penyalurannya.
3.        Cepat tidaknya produk rusak
Produk yang mudah rusak menghendaki saluran pemasaran yang pendek, karena harus segera diterima konsumen.
4.        Posisi keuangan pengusaha
Pedagang yang posisi keuangannya kuat cenderung dapat melakukan lebih banyak fungsi pemasaran dan memperpendek saluran pemasaran.
Proses pemasaran tanaman sawi mulai dari petani hingga konsumen akhir melibatkan beberapa lembaga pemasaran yaitu pedagang pengumpul dan pedagang besar. Terdapat dua saluran pemasaran yang terjadi pada pemasaran tanaman sawi yang dilakukan di Desa Suka Ramai, mulai dari petani hingga konsumen akhir.
1.    Saluran Distribisi 1






Gambar 1: lembaga yang berperan adalah Pedagang Pengumpul dan Pedagang Pengecer
Saluran satu terdiri dari petani ke pedagang pengumpul dan pedagang pengecer langsung ke konsumen. Pada saluran pemasaran ini terdapat dua lembaga pemasaran yang terlibat. Pasar Perbaungan melakukan proses pemasaran tanaman sawi melalui pedagang pengecer dengan penentuan harga ditentukan oleh pasar itu sendiri berdasarkan harga yang berlaku.
2.    Saluran Distribusi 2






Gambar 2: lembaga yang berperan adalah Pedagang Pengumpul
Saluran dua terdiri dari petani ke pedagang pengecer langsung ke konsumen. Pada saluran pemasaran ini terdapat satu lembaga pemasaran yang terlibat. Pasar Perbaungan melakukan proses pemasaran tanaman sawi melalui pedagang pengecer dengan penentuan harga ditentukan oleh pasar itu sendiri berdasarkan harga yang berlaku.
2.      Margin Pemasaran
Margin dapat didefinisikan dengan 2 (dua) cara, yaitu :
  1. Marjin pemasaran merupakan perbedaan antara harga yang dibayarkan dengan harga yang diterima petani.
  2. Marjin pemasaran merupakan biaya dari jasa – jasa pemasaran yang dibutuhkan sebagai akibat permintaan dan penawaran dari jasa – jasa pemasaran
Komponen marjin pemasaran ini terdiri dari :
ü  Biaya – biaya yang diperlukan lembaga -  lembaga pemasaran untuk melakukan fungsi – fungsi pemasaran yang disebut biaya pemasaran atau biaya fungsional (functional cost)
ü  Keuntungan (profit) lembaga pemasaran
Marjin pemasaran secara matematis dapat ditulis sebagai
Dimana:
M = Marjin Pemasaran
Cij = Biaya pemasaran untuk melaksanakan fungsi pemasaran ke-i oleh lembaga pemasaran ke-j
Лj = Keuntungan yang diperoleh lembaga pemasaran ke-j
m = Jumlah jenis biaya pemasaran
n  = Jumlah lembaga pemasaran
Distribusi margin = biaya yang dikeluarkan   x 100%
                                                            margin pemasaran
Marjin pemasaran sama dengan selisih harga di tingkat pengecer dengan harga di tingkat petani (M=Pr–Pf). Marjin pemasaran pada suatu saluran pemasaran tertentu dapat dinyatakan sebagai jumlah dari marjin pada masing-masing  lembaga  tataniaga yang  terlibat
Secara grafis marjin tataniaga dapat dilihat pada gambar berikut ini :


 







3.       
Efisiensi Pemasaran
Tujuan dari analisis pemasaran adalah untuk mengetahui apakah sistem pemasaran berlangsung dengan efisien atau tidak. Suatu pemasaran dikatakan efisien jika fungsi-fungsi yang dilakukan oleh lembaga pemasaran dihilangkan maka tidak akan mempengaruhi aktivitas lembaga pemasaran dan tidak mempengaruhi besarnya biaya dan keuntungan yang diperoleh.
Sistem pemasaran dianggap efisien apabila memenuhi dua syarat :
(1)   mampu menyampaikan hasil-hasil dari petani produsen kepada konsumen dengan biaya semurah-murahnya, dan
(2) mampu mengadakan pembagian yang adil dari keseluruhan harga yang dibayar konsumen terakhir kepada semua pihak yang ikut terlibat dalam kegiatan produksi dan pemasaran barang tersebut (Mubyarto, 1986). 
Menurut Saefuddin (1983) terdapat dua konsep efisiensi pemasaran, yaitu
 (1) konsep input-output rasio, dan
 (2) konsep analisis struktur, perilaku dan pelaksanaan pasar.
            Konsep input-output rasio menggambarkan efisiensi pemasaran sebagai maksimalisasi input-output rasio. Input adalah berbagai sumber daya dari tenaga kerja, modal dan manajemen yang digunakan oleh lembaga-lembaga pemasaran dalam proses pemasaran. Sedangkan output adalah kepuasan konsumen terhadap barang dan jasa yang dihasilkan oleh lembaga pemasaran.
Penggunaan konsep input-input rasio menghadapi kesukaran dalam pengukuran kepuasan konsumen. Untuk mengatasi hal tersebut maka efisien  pemasaran dibedakan atas : efisien operasional (teknologi) dan efisien harga (ekonomi).
Efisien operasional menekankan kemampuan meminimumkan biaya yang digunakan untuk menggerakkan/memindahkan barang dari produsen  ke konsumen atau meminimumkan biaya untuk melakukan fungsi-fungsi pemasaran.
Efisiensi biaya menekankan kemampuan keterkaitan harga dalam mengalokasikan barang dari produsen ke konsumen, yang disebabkan perubahan tempat, bentuk dan waktu.
Efisiensi operasional dapat didekati dengan biaya pemasaran dan marjin pemasaran, sedangkan efisiensi harga diukur melalui keterpaduan pasar yang terjadi akibat pergerakan komoditas dari satu pasar ke pasar lainnya. 


HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil Pengamatan
1.      Saluran-saluran/Lembaga Tataniaga Komoditi
Lembaga tataniaga sayuran sawi di Desa Suka Ramai, Kec Pantai Cermin, Sumatera Utara dari petani hingga konsumen akhir melibatkan beberapa lembaga tataniaga yaitu pedagang pengumpul dan pedagang pengecer. Sistem tataniaga sayuran sawi di Desa Suka Ramai dari produsen hingga ke tingkat konsumen, secara umum memiliki beberapa saluran tataniaga yang berbeda.
Saluran tataniaga sayuran sawi di Desa Suka Ramai terdapat 2 saluran tataniaga yaitu ;
1.    Saluran tataniaga 1 : petani – pedagang pengumpul – pedagang pengecer – konsumen.
2.    Saluran tataniaga 2 : petani – pedagang pengecer – konsumen.
Saluran tataniaga satu merupakan saluran tataniaga terdiri dari petani -pedagang pengumpul - pedagang pengecer - konsumen. Dari penelitian yang dilakukan diketahui bahwa petani yang menjual sayuran sawi di Desa Suka Ramai.
Alasan petani menggunakan saluran tataniaga ini adalah karena petani tidak perlu memasarkan sendiri produk yang dihasilkannya. Produk petani yang dijual ke pedagang pengumpul sudah pasti terjual habis, karena sudah menjadi resiko pedagang pengumpul jika produknya tidak terjual habis.
Harga yang berlaku pada saluran tataniaga ini adalah harga yang terjadi di pasar. Penentuan harga pasar berdasarkan informasi yang berasal dari pedagang lainnya. Sistem pembelian umumnya secara tunai namun ada juga pedagang pengumpul yang baru membayar produk petani ketika barang sudah habis terjual. Hal ini disebabkan adanya kepercayaan diantara petani dan pedagang pengumpul.
Pedagang pengumpul umumnya tidak hanya menjual sayuran sawi tetapi juga menjual komoditas sayuran lainnya seperti selada, bayam dan sayuran lain-lain. Produk sayuran sawi  diangkut dengan menggunakan becak. Biaya transportasi yang dikenakan antara Rp 400. Biaya transportasi setiap pedagang pengumpul berbeda – beda, hal ini disebabkan karena tujuan pasar yang berbeda.
Pedagang pengumpul datang ke petani pada pukul 18.30 WIB, dengan mengambil banyak jenis sayuran dari beberapa petani, termasuk petani sawi, untuk mengambil komoditi sawi yang akan dijual ke Pusat Pasar. Pedagang pengumpul menjual komoditi sawi dengan harga Rp 6500/kg ke pedagang pengecer dengan pertimbangan biaya-biaya tertentu.
Saluran tataniaga dua merupakan saluran tataniaga yang terdiri dari petani- pedagang pengecer – konsumen. Pedagang Pengecer langsung jual ke Konsumen dengan harga Rp. 8500/kg. Petani mengurangi marketing marginnya dengan menyederhanakan saluran distribusinya, agar petani mendapatkan harga yang tinggi.
Pedagang Pengecer datang kepetani pada pukul 17.30 WIB dengan mengendarai becak. Dan mengambil beberapa jenis sayuran untuk dijualnya langsung ke konsumen, dengan biaya transportasinya Rp. 500/setiap satu pengambilannya dipetani dengan beberapa jenis komoditi.
2.      Fungsi-fungsi Tataniaga Komoditi
Fungsi-fungsi dalam pemasaran tanaman sawi yang terjadi di Desa Suka Ramai melakukan dua jenis saluran distribusi.
1.    Petani – Pedagang Pengumpul – Pedagang Pengecer – Konsumen
2.    Petani – Pedagang Pengecer - Konsumen
Melibatkan fungsi- fungsi komodit seperti:
a. Fungsi Pertukaran (Exchange Function) adalah kegiatan yang berhubungan dengan perpindahan hak milik dari barang dan jasa yang dipasarkan. Fungsi ini terdiri dari fungsi pembelian dan fungsi penjualan.
b. Fungsi Fisik (Physical Function) adalah tindakan yang berhubungan langsung dengan barang dan jasa sehingga proses tersebut menimbulkan kegunaan tempat, bentuk, dan waktu. Fungsi ini meliputi fungsi penyimpanan, fungsi pengolahan, dan fungsi pengangkutan.
c. Fungsi Fasilitas (Fasilitation Function) adalah tindakan-tindakan untuk memperlancar proses terjadinya pertukaran yang terjadi antara produsen dan konsumen. Fungsi ini meliputi fungsi standardisasi dan grading, fungsi penanggungan risiko, dan fungsi informasi pasar.

3.      Margin Pemasaran Komoditi
Analisis marjin Pemasaran dilakukan untuk mengetahui efisiensi tataniaga suatu produk dari tingkat produsen sampai ke tingkat konsumen. Marjin pemasaran adalah perbedaan harga ditingkat pengecer dengan harga ditingkat petani dengan jumlah yang ditransaksikan. Biaya tataniaga terdiri dari komponen biaya panen, biaya pengemasan, biaya pengangkutan, dan biaya retribusi. Sedangkan keuntungan tataniaga diukur dari besarnya imbalan jasa yang diperoleh atas biaya yang dikeluarkan dalam penyaluran suatu produk sayuran sawi.
Pada saluran tataniaga satu biaya tataniaga yang dikeluarkan pedagang pengumpul terdiri dari biaya sortasi Rp.100/kg, biaya transportasi Rp.400/kg dengan biaya penyusutannya Rp.120/kg. Sedangkan biaya tataniaga yang dikeluarkan pedagang pengecer biaya sortasi Rp.160/kg, biaya timbang Rp.140/kg, biaya transportasinya Rp.320/kg dengan biaya penyusutannya Rp.180/kg,    Total biaya tataniaga yang dikeluarkan sebesar Rp.1420/kg .
Tataniaga tersebut terdiri dari biaya tataniaga tiap- tiap lembaga tataniaga seperti pedagang pengumpul dan pedagang pengecer. Rata-rata biaya tataniaga pada tingkat lembaga tataniaga pedagang pengumpul sebesar Rp.620/kg, pedagang pengecer sebesar Rp.800/kg. Keuntungan terbesar diperoleh pedagang pengecer sebesar Rp.1200/kg, sedangkan pedagang pengumpul memperoleh keuntungan terkecil yaitu sebesar Rp.880/kg.
Saluran tataniaga dua merupakan saluran tataniaga yang tidak melibatkan lembaga tataniaga pedagang pengumpul. Pada saluran tataniaga dua biaya tataniaga yang dikeluarkan pedagang pengecer biaya sortasi Rp.150/kg, biaya timbang Rp.125/kg, dengan biaya penyusutannya Rp.175/kg, Biaya transportasi Rp.500/kg. Total rata – rata biaya tataniaga tersebut terdiri dari biaya tataniaga tiap- tiap lembaga tataniaga seperti pedagang pengecer sebesar Rp.950/kg. Keuntungan terbesar diperoleh pedagang pengecer Rp.1500/kg, sedangkan petani memperoleh keuntungan yaitu sebesar Rp.6000/kg sayuran sawi.
4.      Analisis Farmer Share
Farmer’s Share merupakan perbandingan harga yang diterima petani dengan harga yang dibayar konsumen akhir dan dinyatakan dalam persentase. Farmer’s Share memiliki hubungan negatif dengan marjin tataniaga yang mana semakin tinggi marjin tataniaga, maka bagian yang akan diperoleh petani semakin rendah.
Bagian harga yang terbesar diterima oleh petani terdapat pada saluran tataniaga dua sebesar 70,59 persen, karena dalam saluran ini hanya ada satu saluran distribusi yaitu pedagang pengecer. Pada saluran tataniaga satu hanya menghasilkan Farmer’s Share sebesar 58,82 persen. Hal ini menunjukkan bahwa pada saluran tataniaga satu merupakan saluran yang tidak menguntungkan petani. Farmer’s Share yang tinggi dapat dicapai jika petani mampu meningkatkan kualitas produknya dan mengefisienkan saluran tataniaga komoditas nya usahataninya.
  1. Efisiensi Pemasaran
Efisiensi tataniaga juga didefinisikan sebagai suatu kegiatan perubahan yang dapat meminimalkan biaya input tanpa harus mengurangi kepuasaan konsumen dengan output barang dan jasa. Biaya tataniaga merupakan tingkat efisiensi tataniaga yang terjadi. Analisis efisiensi tataniaga mencakup analisis marjin tataniaga,  farmer’s share serta analisis rasio keuntungan dan biaya.
Efisiensi tataniaga dapat juga diketahui melalui penyebaran marjin pada tiap saluran tataniaga. Berdasarkan identifikasi saluran tataniaga yang terdapat di Desa Suka Ramai Perbaungan, bahwa saluran tataniaga yang ada sebanyak dua saluran tataniaga. Analisis marjin menunjukkan bahwa saluran yang memiliki nilai marjin terkecil adalah saluran tataniaga dua yaitu sebesar  Rp 2500 dan dianggap saluran tataniaga yang paling efisien.
Farmer’s share dapat dijadikan indikator efiseinsi tataniaga. Berdasarkan perhitungan Farmer’s share yang diterima petani berkisar 58,82 – 70.59 persen. Farmer’s share yang tertinggi yang diperoleh petani terdapat pada saluran tataniaga dua yaitu sebesar 70,59 persen.
Berdasarkan perhitungan efisiensi tataniaga untuk komoditas sayuran sawi, saluran tataniaga sayuran sawi yang paling efisien adalah saluran tataniaga dua karena memiliki marjin pemasaran yang paling kecil, rasio keuntungan dan biaya tertinggi, dan farmer’s share yang tertinggi dibandingkan pada saluran tataniaga yang lainnya. Namun pada saluran tataniaga dua pedagang pengecer mengambil keuntungan yang tinggi dan produk yang dijual sedikit sehingga keuntungan secara total yang diperoleh tidak begitu besar dan hanya sebagian kecil dari petani yang di wawancarai yang melakukan kegiatan tataniaga ini. Apabila petani memilih saluran tataniaga satu petani dapat menjual produk sayuran sawi dalam jumlah besar kepada pedagang pengumpul dan memperoleh keuntungan yang besar, meskipun marjin tataniaga yang paling kecil, biaya terbesar dan farmer’s share yang terkecil.
Pembahasan
Pada saluran tataniaga satu biaya tataniaga yang dikeluarkan pedagang pengumpul terdiri dari biaya sortasi Rp.100/kg, biaya transportasi Rp.400/kg dengan biaya penyusutannya Rp.120/kg. Sedangkan biaya tataniaga yang dikeluarkan pedagang pengecer biaya sortasi Rp.160/kg, biaya timbang Rp.140/kg, biaya transportasinya Rp.320/kg dengan biaya penyusutannya Rp.180/kg,    Total biaya tataniaga yang dikeluarkan sebesar Rp.1420/kg .
Tataniaga tersebut terdiri dari biaya tataniaga tiap- tiap lembaga tataniaga seperti pedagang pengumpul dan pedagang pengecer. Rata-rata biaya tataniaga pada tingkat lembaga tataniaga pedagang pengumpul sebesar Rp.620/kg, pedagang pengecer sebesar Rp.800/kg. Keuntungan terbesar diperoleh pedagang pengecer sebesar Rp.1200/kg, sedangkan pedagang pengumpul memperoleh keuntungan terkecil yaitu sebesar Rp.880/kg.
Saluran tataniaga dua merupakan saluran tataniaga yang tidak melibatkan lembaga tataniaga pedagang pengumpul. Pada saluran tataniaga dua biaya tataniaga yang dikeluarkan pedagang pengecer biaya sortasi Rp.150/kg, biaya timbang Rp.125/kg, dengan biaya penyusutannya Rp.175/kg, Biaya transportasi Rp.500/kg. Total rata – rata biaya tataniaga tersebut terdiri dari biaya tataniaga tiap- tiap lembaga tataniaga seperti pedagang pengecer sebesar Rp.950/kg. Keuntungan terbesar diperoleh pedagang pengecer Rp.1500/kg, sedangkan petani memperoleh keuntungan yaitu sebesar Rp.6000/kg sayuran sawi.
Bagian harga yang terbesar diterima oleh petani terdapat pada saluran tataniaga dua sebesar 70,59 persen, karena dalam saluran ini hanya ada satu saluran distribusi yaitu pedagang pengecer. Pada saluran tataniaga satu hanya menghasilkan Farmer’s Share sebesar 58,82 persen. Hal ini menunjukkan bahwa pada saluran tataniaga satu merupakan saluran yang tidak menguntungkan petani. Farmer’s Share yang tinggi dapat dicapai jika petani mampu meningkatkan kualitas produknya dan mengefisienkan saluran tataniaga komoditas nya usahataninya.
Farmer’s share dapat dijadikan indikator efiseinsi tataniaga. Berdasarkan perhitungan Farmer’s share yang diterima petani berkisar 58,82 – 70.59 persen. Farmer’s share yang tertinggi yang diperoleh petani terdapat pada saluran tataniaga dua yaitu sebesar 70,59 persen.
KESIMPULAN DAN SARAN
1.        Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang dari pembahasan diatas:
Ø  Sistem tataniaga sayuran bayam di Desa Suka Ramai terdiri dari dua buah saluran tataniaga yaitu saluran tataniaga satu : petani → pedagang pengumpul → pedagang pengecer → konsumen ; saluran tataniaga dua : petani → pedagang pengecer → konsumen.
Ø  Secara umum sistem pembayaran antar lembaga tataniaga dan petani dilakukan secara tunai dan harga produk berdasarkan mekanisme pasar.
Ø  Berdasarkan perhitungan efisiensi tataniaga untuk komoditas sayuran sawi, saluran tataniaga sayuran sawi yang efisien adalah saluran tataniaga dua karena meskipun memiliki marjin tataniaga yang paling besar, dengan biaya terkecil, dan farmer’s share yang tertinggi dibandingkan pada saluran tataniaga yang pertama.
2.        Saran
Adapun saran untuk ini adalah
Ø  Penguatan lembaga perlu dilakukan dalam agribisnis sawi, terutama pada tingkat petani produsen, seperti fungsionalisasi kelompok tani dan koperasi agar dapat membantu petani dalam upaya memperkuat posisi tawar-menawarnya.









DAFTAR PUSTAKA
Anonim,2012.http://www.smakristencilacap.com/arti-pemasaran-dan-manajemen-pemasaran/pengertian-distribusi/
Faizal Andi, 2012. http://faizalandi.blogspot.com/2012/02/budidaya-tanaman-sawi.html Diakses pada tanggal 26 April 2014
Hanafiah dan Soefuddin. 1983. Tataniaga Hasil Perikanan. Universitas Indonesia. Jakarta
Haryanto E. Suhartini T. dan Rahayu, E. 2002. Sawi dan Selada. Jakarta : PT Penebar Swadaya.
Limbong, W.M dan P. Sitorus. 1987. Pengantar Tataniaga Pertanian. Bahan Kuliah. Jurusan Ilmu-ilmu Sosial Ekonomi Pertanian. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor
Mubyarto. 1994. Pengantar Ekonomi Pertanian. Jakarta : LP3ES.
Nurafni,2012. http://nurafni.com/2012/10/09/pemasaran-sawi/ Diakses pada tanggal 25 April 2014
Soekartawi. 2002. Manajemen Pemasaran Hasil-Hasil Pertanian. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada.
Zulde, 2008. http://zuldesains.wordpress.com/2008/01/11/budidaya-tanaman-sawi/ Diakses pada tanggal 25 April 2014





LAMPIRAN
Tabel 2. Saluran 1 untuk Pemasaran Sawi
Lembaga Pemasaran dan Komponen Margin
Rp/kg
Distribusi Margin/ %
Farmer
Share/ %
PETANI
Harga Jual

5000


58,82 %
PEDAGANG PENGUMPUL
Harga Beli
Biaya Sortasi
Biaya Transportasi
Biaya Penyusutan
Keuntungan
Harga Jual

5000
100
400
120
880
6500


2,86 %
11,43 %
3,43 %
25,14 %


58,82 %
1,18 %
4,71 %
1,41 %
10,35 %
76,47 %
PEDAGANG PENGECER
Harga Beli
Biaya Sortasi
Biaya Timbang
Biaya Transportasi
Biaya Penyusutan
Keuntungan
Harga Jual

6500
160
140
320
180
1200
8500


4,57 %
4,0 %
9,14 %
5,14 %
34,29 %

76,47 %
1,88 %
1,65 %
3,76 %
2,12 %
14,12 %
100 %
MARGIN PEMASARAN
3500
100 %







Tabel 3. Saluran 2 untuk Pemasaran Sawi
Lembaga Pemasaran dan Komponen Margin
Rp/Kg
Distribusi Margin (%)
Share (%)
PETANI
a.       Harga Jual

Rp. 6000


70,59 %
PEDAGANG PENGECER
a.    Harga Beli
  B  Biaya sortasi
  B  Biaya Timbang
b.    Biaya Transportasi
c.    Biaya Penyusutan
de.  Keuntungan
f.     Harga Jual

Rp .6000
Rp. 150
Rp. 125
Rp. 500
Rp. 175
Rp. 1500
Rp. 8500


6,0 %
5,0 %
20 %
7,0 %
60 %

70,59 %
1,76%
1,47 %
5,88 %
2,06 %
100%
MARGIN PEMASARAN
Rp. 2500
100 %


Tabel 4. Data Responden

Nama
Umur
Pendidikan
Jumlah Tanggungan
Pendapatan
Penggalaman Mengusahakan
Petani
Saifuddin
43
tahun
SMA
3 orang
Rp. 8.400.000,-
2 tahun
Pedagang Pengumpul
Jali
41
tahun
SMA
2 orang
Rp. 16.800.000,-
1tahun
Pedagang Pengecer Saluran 1
Agustin
48
tahun
SMA
3 orang
Rp. 9.240.000,-
5 tahun
Pedagang Pengecer Saluran 2
Gunarto
58
tahun
SMA
Tidak ada
Rp. 3.146.000,-
9 tahun

Tabel 5. Data analisis Margin Pemasaran, Farmer Share, Distribusi Margin dan Efisiensi Pemasaran
Analisis Margin Pemasaran
Secara matematis nilai marjin pemasaran dapat ditulis :
VM=(Pr – Pf). Q*
Dimana:
VM= Nilai Marjin Pemasaran
Pr  = Harga di Tingkat Pengecer
Pf  = Harga di Tingkat Petani
Q* = Jumlah yg ditransaksikan
Maka:

Saluran 1
VM = (Rp.8.500 – Rp.5.000)
= Rp.3.500
Saluran 2
VM = (Rp.8.500 – Rp.6.000)
= Rp.2.500
Analisis Farmer Share
Farmer share =   harga diterima petani               x 100%. 
                            harga konsumen akhir/pengecer

Dengan kriteria:
SF ≥ 50% Efisiensi
SF < 50% tifak Efisiensi
Maka:
Saluran 1
Farmer Share = Rp.5.000 x100%
                          Rp.8.500
  = 58,82%
58,82%  ≥ 50% kategori efisiensi
Saluran 2
Farmer Share = Rp.6.000 x100%
     Rp.8.500
  = 70,59%
70,59% ≥ 50% kategori efisiensi
Analisis Distribusi Margin
Distribusi Margin = biaya yang dikeluarkan   x 100%
                                       margin pemasaran

Maka:
Saluran 1
Distribusi Margin = Rp.100   x100%
                                 Rp.3.500
                             = 2,86%
untuk biaya sortasi pada pedagang pengumpul
Saluran 2
Distribusi Margin = Rp.150  x100%
                    Rp.2.500
                              = 6,0%
untuk biaya sortasi pada pedagang pengecer
Analisis Efisiensi Pemasaran
Efisiensi Pemasaran = biaya pemasaran            x 100%. 
                                       nilai produk yang dijual

Dengan kriteria:
Efisiensi < 50%
tidak Efisiensi ≥ 50%
Maka:
Saluran 1
Efisiensi Pemasaran = Rp.1.420 x100%
                        Rp.8.500
                     = 16,71%
16,71% < 50% kategori efisiensi
Saluran 2
Efisiensi Pemasaran = Rp.1.000 x100%
                        Rp.8.500
                     = 11,76%
11,76% < 50% kategori efisiensi





KUISIONER PRAKTIKUM TATANIAGA PERTANIAN
1.      Identitas umum pedagang
2.      Sudah berapa lama bapak/Ibu jualan di sini.?
3.      Kenapa bapak / Ibu lebih memilih berjualan di pasar tradisional ?
4.      Dari mana produk ini bapak / ibu proleh.?
5.      Berapa harga yang yang bapak / ibu proleh dari pedagang pengumpul.?
6.      Berapa harga prodak yang bapak / ibu jual / Kg nya.?
7.      Dalam sehari berapa Kg produk yang dapat bapak/ibu jual.?
8.      Untuk mendapatkan prodak yang bapak/ibu jual, apakah bapak/ibu mengeluarkan biaya transportasi.?
9.      Biaya-biaya apa yang bapak/ibu keluarkan sebelum produk-produk ini di pasarkan ( dijual ).?
10.   Apakah bapak /ibu memiliki tenaga kerja? Berapa upah yang di berikan.?
11.   Apakah bapak/ibu pernah mengalami kelangkaan terhadap barang yang   bapak/ibu perjualkan .?
12.   Saat hari besar apakah harga barang yang bapak/ibu jual akan mengalami kenaikan harga ? Kenapa.?
13.   Saat barang langka apakah bapak/ibu mengeluarkan biaya yang lebih  besar.?
14.   Biaya-biaya saja apa yang bapak/ibu keluarkan saat barang sedang langkah.?
15.   Jika barang dagang yang bapak/ibu jual hari ini tidak habis, apakah akan dijual kembali atau di olah menjadi produk lain.?
16.   Selain menjual produk lokal apakah bapak/ibu menjual produk import.?
17.   Mana yang lebih mahal produk lokal atau produk import.?
18.   Biasanya konsumen lebih memilih produk lokal atau import.?
19.   Apakah ada pungutan kebersihan.?
20.   Berapakah harga untuk sewa tempat,biasanya perbulan apa / tahun.? 


1 komentar:

  1. Saya akan merekomendasikan siapa pun yang mencari pinjaman Bisnis ke Le_Meridian, mereka membantu saya dengan pinjaman Empat Juta USD untuk memulai bisnis Quilting saya dan itu cepat. Ketika mendapatkan pinjaman dari mereka, mengejutkan betapa mudahnya mereka bekerja. Mereka dapat membiayai hingga jumlah $ 500,000,000.00 (Lima Ratus Juta Dolar) di wilayah mana pun di dunia selama ada 1,9% ROI yang dapat dijamin pada proyek tersebut. Prosesnya cepat dan aman. Itu benar-benar pengalaman positif. Hindari penipu di sini dan hubungi Layanan Pendanaan Le_Meridian Di. lfdsloans@lemeridianfds.com / lfdsloans@outlook.com. WhatsApp ... + 19893943740. jika Anda mencari pinjaman bisnis.

    BalasHapus